Kapan Anda biasanya mengambil selfie? Anggota tim editorial kami mengambil selfie dengan teman saat bertemu kembali setelah lama tidak bertemu atau saat berpisah setelah menghabiskan waktu menyenangkan dengan segelas bir di tangan. Mengunggah selfie ke media sosial dan melihat kembali sebagai semacam jurnal mungkin merupakan kebiasaan sehari-hari bagi banyak orang.
Menarik untuk mempertimbangkan makna selfie yang kita ambil secara rutin sebagai foto.
Selfie Tertua yang Masih Ada
Sedikit cerita sejarah.
Selfie tertua yang masih ada adalah foto potret diri yang dibuat oleh Robert Cornelius pada tahun 1839. Foto ini diambil menggunakan teknik fotografi daguerreotype (foto pelat perak) yang populer saat itu. Karya ini diperhatikan sebagai asal mula selfie karena keunikannya dan pentingnya dalam sejarah.
Pada tahun 1839, teknik fotografi membutuhkan waktu pencahayaan yang lama, sehingga mengambil potret diri sangat sulit. Dengan keterbatasan teknis ini, bagi orang-orang abad ke-19, 'mengambil foto' itu sendiri adalah sebuah acara, dan pengalaman persepsi 'memotret diri sendiri' dianggap unik.
Miniaturisasi Kamera Adalah Keniscayaan
Pada awalnya, mengambil foto adalah acara besar. Namun, dengan pengembangan film 35mm dan miniaturisasi kamera, nilai fotografi sebagai media yang dapat diambil dan direkam kapan saja dan di mana saja meningkat. Fotografer seperti Henri Cartier-Bresson, penulis 'The Decisive Moment', muncul di latar belakang perubahan teknologi kamera ini. Fotografi menawarkan perspektif baru yang belum pernah dialami orang-orang abad ke-20 sebagai media inovatif yang dapat menangkap momen sekejap.
Komposisi Selfie yang Menggunakan Pantulan Cermin Sudah Ada Sejak 1940-an?
Berdiri di depan cermin dan memotret diri sendiri dengan smartphone. Mengambil foto diri sendiri untuk mengabadikan pakaian yang dikenakan setiap hari atau ekspresi wajah hari itu. Komposisi foto semacam ini sebenarnya adalah pendekatan yang sudah ada sejak lama.
Foto ini, yang diyakini diambil pada tahun 1940-an, menunjukkan kamera SLR film yang dipasang di depan cermin untuk mengabadikan diri dan pasangan. Meskipun tidak mungkin untuk mengambil foto setiap hari seperti sekarang dengan smartphone, setidaknya dengan evolusi teknologi kamera, fotografi menjadi media yang lebih sehari-hari, dan makna tindakan memotret juga berubah.
Berpose di depan cermin. Ini adalah pendekatan yang bisa disebut sebagai selfie. Melalui foto, mengeksplorasi identitas seperti potret diri. Sejak saat itu, muncul perasaan untuk mengabadikan diri dan mengekspresikan diri melalui fotografi.
Selfie Menjadi Budaya dengan Media Sosial
Pengalaman persepsi baru dari selfie memiliki makna mendalam sebagai cara individu mengekspresikan diri melalui foto. Dari era film ke digital, kini selfie memungkinkan fotografer untuk memeriksa ekspresi dan pose mereka di layar smartphone saat memotret. Sistem yang memungkinkan berbagi dan saling memverifikasi foto-foto ini melalui media sosial mendorong perluasan diri yang lebih besar.
Dorongan untuk Mengekspresikan Diri yang Tidak Berubah
Bagaimana menurut Anda? Selfie telah menyatu dalam kehidupan sehari-hari kita, digunakan secara tidak sadar sebagai cara untuk merekam dan berbagi momen spesial atau kejadian kecil sehari-hari. Namun, kelahiran selfie memerlukan evolusi teknologi kamera. Selain itu, keinginan untuk mengabadikan diri melalui foto yang tersisa tidak banyak berubah dari 100 tahun yang lalu hingga sekarang, dan itu sangat menarik dan menghangatkan hati.
Pasti, dengan evolusi teknologi dan perubahan sosial yang lebih lanjut, cara kita mengekspresikan diri juga akan berubah. Meskipun kita yang sudah terbiasa dengan selfie mungkin tidak menyadarinya, teknologi sebenarnya telah memberikan kita cara baru untuk memahami dan mengekspresikan diri.