Kemungkinan Hidup Berdampingan antara Manusia dan Hewan | Fotografer Hewan Yoshihiko Sato | ISSUE #30

cover image by sato
Mendalami kepekaan dan pemikiran para kreator di seluruh dunia melalui 'ISSUE'. Sebuah sumber inspirasi baru. Di 'ISSUE #30', kami memperkenalkan Yoshihiko Sato, fotografer hewan yang mengambil tema hidup berdampingan antara manusia dan hewan, serta kurator resmi kontes foto 'Cat Day' yang dipimpin oleh cizucu.
Sato memulai karirnya sebagai jurnalis surat kabar sebelum beralih ke eksekutif di industri IT dan akhirnya menjadi independen. Di sela-sela pekerjaannya, ia menjadikan fotografi hewan sebagai pekerjaan hidupnya dan merenungkan tentang koeksistensi antara manusia dan hewan.
Dari Jurnalis Surat Kabar ke Industri IT dan Menjadi Fotografer
Karir Sato dimulai sebagai jurnalis surat kabar. Pada saat itu, ia menggunakan kamera film di lapangan, tetapi tidak terlalu tertarik pada fotografi.
"Saya mulai dengan mencoba pemrograman dan mengatur data internal. Ketika era internet datang, saya merasa akan ada perubahan besar yang setara dengan revolusi industri," katanya, mengingat alasan ia beralih karir.
Setelah mengejar kemungkinan baru dan berpengalaman di surat kabar, ia pindah ke industri IT dan akhirnya menjadi independen.

Suatu hari, ketika menerima pekerjaan membuat situs web, ia menghadapi kekurangan bahan gambar. "Saya menyadari kekurangan bahan dan mulai mengambil foto sendiri. Itu menjadi titik awal di mana saya merasakan kemudahan kamera digital dan kebebasan berekspresi yang tidak terpikirkan di era film."
Peristiwa ini membangkitkan kembali hasrat yang telah lama terpendam dalam dirinya.
Mengejar Fotografi Kucing
Sato mulai memotret kucing ketika suatu hari ia mencoba memotret kucing di rumah dengan kamera digital.
Ketika ia memotret kucing di rumah dengan kamera digital, ia merasa hasilnya cukup menarik dan mulai dengan santai. Namun, itu menjadi lebih menarik dari yang diharapkan, dan ia mulai mengambil buku foto dan menemukan foto hewan oleh fotografer hewan terkenal, Iwago Mitsuaki, yang membuatnya semakin terpesona dengan fotografi kucing.

"Akhir-akhir ini saya lebih sering menggunakan Sony α9," katanya. Dalam pemotretan, ia memperhatikan pengaturan kecepatan rana, sensitivitas ISO, dan fokus otomatis untuk mengekspresikan dinamika kucing, selalu mencari peningkatan teknis. "Bahkan dengan kucing yang sama, mengubah pengaturan pencahayaan atau ISO berdasarkan warna wajah atau pola dapat menghasilkan foto yang lebih baik," katanya, berbagi banyak cerita di balik layar tentang pemotretan.
"Saya terus meneliti pengaturan fokus otomatis, kecepatan rana, dan sensitivitas ISO saat memotret kucing yang bergerak cepat," katanya.
Realitas yang Terlihat di Pulau Kucing
Alasan Sato bersemangat dalam fotografi kucing bukan hanya untuk mengambil foto yang indah. Melalui pemotretan di pulau kucing, ia menyadari bahwa "hewan adalah makhluk yang luar biasa" dan mulai berpikir lebih dalam tentang koeksistensi antara manusia dan hewan.
Misalnya, ketika mengunjungi pulau kucing, ia terkejut dengan perubahan yang dibawa oleh kegiatan TNR (Tangkap, Kastrasi, dan Lepas). TNR adalah metode untuk mencegah reproduksi berlebihan kucing dan mendukung mereka agar dapat hidup sehat sebagai kucing lokal.

"Dulu pulau ini penuh dengan kucing, tetapi sekarang banyak pulau yang hampir tidak terlihat kucing."
Namun, sebagai hasil dari kegiatan TNR, Sato menyadari bahwa jumlah kucing di pulau yang dulu ramai dengan kucing telah menurun secara dramatis. Meskipun kegiatan TNR dimaksudkan untuk kesejahteraan kucing, sebenarnya dapat dilihat sebagai pengaturan populasi yang berpusat pada manusia. Dalam diskusi yang tidak memiliki jawaban ini, Sato memiliki perasaan yang rumit.
Koeksistensi antara kucing dan manusia, serta hubungan antara hewan dan manusia, tercermin dalam fotografi hewan.

"Saat memotret, saya kembali merasakan kehebatan hewan," kata Sato. Ia berharap fotografi hewan dapat menjadi pemicu bagi orang-orang untuk merasakan sesuatu.
Sebelumnya, ia pernah menggunakan mainan kucing untuk membuat kucing melompat dan memotret, tetapi sekarang ia tidak lagi menggunakan metode tersebut dan berusaha untuk memotret dengan menghormati hewan. "Saya ingin mengambil foto dari sudut pandang yang lebih menghormati hewan, bukan hanya untuk mengambil foto yang menarik," katanya.
Menghormati hewan dan mengambil tindakan segera, bahkan dengan satu jepretan kamera, menyadarkan kita akan pentingnya memasukkan perasaan ke dalam tindakan tersebut.
Merenungkan Masa Depan Koeksistensi
Sato ingin mengeksplorasi dan menyampaikan cara koeksistensi yang lebih baik antara manusia dan hewan melalui fotografi. "Saya ingin memberikan kesempatan untuk berpikir tentang bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan lebih baik," katanya dengan harapan. Ia juga menekankan pentingnya menyelidiki dan memahami masalah koeksistensi dengan kucing dan hewan lain dari berbagai sudut pandang, bukan hanya dari satu sisi.

"Saya pikir jawabannya tidak akan mudah ditemukan. Namun, penting bagi kita yang menghadapi masalah ini untuk tidak hanya menerima kata-kata orang lain, tetapi juga menyelidiki sendiri dan memperdalam pemahaman kita," kata Sato.
Dimulai dengan memotret kucing di rumah, akhirnya berkembang menjadi perjalanan ke pulau kucing. Foto-foto Sato menangkap dengan nyata keindahan alami dan keindahan liar yang dimiliki oleh kucing-kucing tersebut.
INFORMATION

Setelah bekerja sebagai jurnalis surat kabar dan eksekutif di industri IT, ia menjadi independen dan menjadikan fotografi hewan sebagai pekerjaan hidupnya, merenungkan koeksistensi antara manusia dan hewan.
Selain memotret kucing di pulau kucing dan kandang sapi, ia juga mengambil foto berbagai hewan seperti monyet, rusa, dan tupai.
cizucu: sato
Instagram: @sato.nekohiko